Halal kah…?
Halalkah? Berkahkah? Belakangan ini
banyak hal terjadi dalam hidupku, banyak hal yang aku takutkan didalam menjalani
hidupku ini. Hanya Allah lah tempat berlindung. Berkali kali aku bertanya padadiriku
sendiri halalkah ini? Berkahkah semua ini?
Aku pernah mendengar ucpan yang
mengatakan bahwa, halal adalah awal dari keberkahan Allah, dan tujuan kita hidup
adalah untuk mengumpulkan berkahitu sedikit demi sedikit. Berkah Allah yang
menjadi pelita kita dalam perjalanan hidup ini.
Halal dan Haram bagaikan Hitam dan
Putih, dua hal yang tidak dapat dipisaahkan walaupun terlihat begitu kontras dalam
perbedaan. Ya Rabbana, aku takut. Begitu banyak hal yang aku takuti didalam hidup
ini. Aku takut masuk ke dalam zona abu-abu yang lama kelamaan akan menarik ku ke
dalam hitammnya zona Haram itu.
Rasulullah shallahu alaihi wassallam
bersabda, belajarlah dari buayan hingga liang lahat. Sekarang aku memahami mengapa Rasullullah shallahu
alaihi wassallam begitu menginginkan umatnya untuk terus belajar karena sungguh,
ketidaktahuan itu mendekatkan kita kepada kemudharatan. Banyak hal yang
mendekatkan kita kepada Haram hanya karena kita tidak mengetahuinya (hanya
karena kebodohan diri kita). Sungguh baginda Rasulullah shallahua laihi wassallam,
sudah mengingatkan kita umatnya, betapa Rasulullah shallahu alaihi wassallam memikirkan
dan mencintai kita umatnya. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatnya kepada banginda
Rasulullah shallahu alaihi wassallam, sahabat dan keluarganya.
Hari ini aku membaca buku Habiburrahman
El-Shirazy yang berjudul “ApiTauhid” disana ada sebuah kisah
yang sungguh patut untuk kita teladani. Cerita tentang seorang pemuda yang memegang
teguh kesucian dirinya. “Dikisahkan seorang
pemuda bernama Mirza dari desa Nurs. Mirza adalah seorang pemuda yang dikenal berbudi
luhur, baik kepada siapa saja dan taat menjalankan agama. Di suatu pagi,
selepas sholat subuh, Mirza menggiring lembu-lembunya ke padang gembala. Mirza sangat
memperhatikan apa yang dimakan lembu-lembunya. Mirza menjaga agar lembunya jangan
sampai memakan rumput tidak halal dari kebun orang. Hari itu, Mirza membawa lembu-lembunya
lebih jauh dari biasanya dan ia sampai di padang rumput desa Balkan. Mirza mengikat
lembu-lembunya dengan patok di padang rumput itu, barulah ia melepaskan tali pengikat
mulut mereka dengan membaca basmalah. Ketika matahari beranjak keubun-ubun peta
langit, Mirza tampak tertidur kelelahan. Ketika terbangun dari tidurnya Mirza langsung
memeriksa lembu-lembunya. Ia kaget seekor lembu jantannya hilang. Mirza segera bangkit
dan mencari lembunya, Mirza terus berjalan dan akhirnya sampai pada sebuah ladang.
Di ladang itu ia melihat lembunya begitu asyik makan rumput. Ia sangat sedih dan
merasa berdosa melihat lembunya makan rumput di ladang orang. Mirza mencari pemilik
lading tersebut, dengan santun Mirza mengucapkan salam di satu rumah yang tidak
begitu jauh dari lading tersebut. Tiga kali Mirza mengucapkan salam, namun tidak
ada balasan meskipun pintu rumah itu terbuka. Tatkala Mirza hendak melangkah,
sebuah suar amenjawab salamnya. Dengan santun Mirza menjelaskan kedatangannya yaitu
untuk meminta maaf atas kelancangan lembunya yang masuk keladang tersebut dan memakan
rumput dan tumbuhan yang ada di ladang itu. Mirza sungguh menyesali kelalaiannya
dan memohon agar dimaafkan dan dihalalkan, karena nanti apabila lembu itu suatu
saat dimakan maka semuanya halal, jika di jual maka hasilnya halal, jika di jadikan
pejantan maka semua anaknya adalah halal. Lelaki pemilik lading tersebut tersentak
mendengar penjelasan Mirza,dan merasa sangat tertarik pada Mirza. Cerita full
credit to Habiburrahman El-Shirazy “AapiTauhid”.
Pernahkah terpikir oleh kita sampai
kepada detail sekecil yang dilakukan oleh Mirza untuk halal dan haram akan apa
yang kita lakukan dan makan dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan berikutnya,
masih adakah Mirza-mirza lain di atas bumi ini? (sungguh keadaan membuatku menjadi
sangat pesimis). Mirza menikah dengan anak gadis sang pemilik lading yang bernama
Nuriye, dikemudian hari mereka memiliki anak bernama Said. Kelak Said menjadi ulama
besar seantero penjuru Turki, bahkan dunia. Said mendapat julukan Budizzaman
Said Nursi yaitu Keaajaiban zamannya.
Sungguh Allah azzawazalla meninggikan
drajat orang yang menjaga makanan yang masuk ke dalam perutnya, menjaga kehalal-an
untuk masuk menjadi darah dan dagingnya. Semoga Allah menjaga diri kita semua dari
segala benda haram dan menunjukkan semua jalan halal yang berbuah berkah kepada
kita semua.
Amin ya Rabbalalamin.