Thursday, September 10, 2015

Halal kah…?


Halal kah…? 
Halalkah? Berkahkah? Belakangan ini banyak hal terjadi dalam hidupku, banyak hal yang aku takutkan didalam menjalani hidupku ini. Hanya Allah lah tempat berlindung. Berkali kali aku bertanya padadiriku sendiri halalkah ini? Berkahkah semua ini?
Aku pernah mendengar ucpan yang mengatakan bahwa, halal adalah awal dari keberkahan Allah, dan tujuan kita hidup adalah untuk mengumpulkan berkahitu sedikit demi sedikit. Berkah Allah yang menjadi pelita kita dalam perjalanan hidup ini.
Halal dan Haram bagaikan Hitam dan Putih, dua hal yang tidak dapat dipisaahkan walaupun terlihat begitu kontras dalam perbedaan. Ya Rabbana, aku takut. Begitu banyak hal yang aku takuti didalam hidup ini. Aku takut masuk ke dalam zona abu-abu yang lama kelamaan akan menarik ku ke dalam hitammnya zona Haram itu.
Rasulullah shallahu alaihi wassallam bersabda, belajarlah dari buayan hingga liang lahat.  Sekarang aku memahami mengapa Rasullullah shallahu alaihi wassallam begitu menginginkan umatnya untuk terus belajar karena sungguh, ketidaktahuan itu mendekatkan kita kepada kemudharatan. Banyak hal yang mendekatkan kita kepada Haram hanya karena kita tidak mengetahuinya (hanya karena kebodohan diri kita). Sungguh baginda Rasulullah shallahua laihi wassallam, sudah mengingatkan kita umatnya, betapa Rasulullah shallahu alaihi wassallam memikirkan dan mencintai kita umatnya. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmatnya kepada banginda Rasulullah shallahu alaihi wassallam, sahabat dan keluarganya.
Hari ini aku membaca buku Habiburrahman  El-Shirazy yang berjudul “ApiTauhid” disana ada sebuah kisah yang sungguh patut untuk kita teladani. Cerita tentang seorang pemuda yang memegang teguh kesucian dirinya.  “Dikisahkan seorang pemuda bernama Mirza dari desa Nurs. Mirza adalah seorang pemuda yang dikenal berbudi luhur, baik kepada siapa saja dan taat menjalankan agama. Di suatu pagi, selepas sholat subuh, Mirza menggiring lembu-lembunya ke padang gembala. Mirza sangat memperhatikan apa yang dimakan lembu-lembunya. Mirza menjaga agar lembunya jangan sampai memakan rumput tidak halal dari kebun orang. Hari itu, Mirza membawa lembu-lembunya lebih jauh dari biasanya dan ia sampai di padang rumput desa Balkan. Mirza mengikat lembu-lembunya dengan patok di padang rumput itu, barulah ia melepaskan tali pengikat mulut mereka dengan membaca basmalah. Ketika matahari beranjak keubun-ubun peta langit, Mirza tampak tertidur kelelahan. Ketika terbangun dari tidurnya Mirza langsung memeriksa lembu-lembunya. Ia kaget seekor lembu jantannya hilang. Mirza segera bangkit dan mencari lembunya, Mirza terus berjalan dan akhirnya sampai pada sebuah ladang. Di ladang itu ia melihat lembunya begitu asyik makan rumput. Ia sangat sedih dan merasa berdosa melihat lembunya makan rumput di ladang orang. Mirza mencari pemilik lading tersebut, dengan santun Mirza mengucapkan salam di satu rumah yang tidak begitu jauh dari lading tersebut. Tiga kali Mirza mengucapkan salam, namun tidak ada balasan meskipun pintu rumah itu terbuka. Tatkala Mirza hendak melangkah, sebuah suar amenjawab salamnya. Dengan santun Mirza menjelaskan kedatangannya yaitu untuk meminta maaf atas kelancangan lembunya yang masuk keladang tersebut dan memakan rumput dan tumbuhan yang ada di ladang itu. Mirza sungguh menyesali kelalaiannya dan memohon agar dimaafkan dan dihalalkan, karena nanti apabila lembu itu suatu saat dimakan maka semuanya halal, jika di jual maka hasilnya halal, jika di jadikan pejantan maka semua anaknya adalah halal. Lelaki pemilik lading tersebut tersentak mendengar penjelasan Mirza,dan merasa sangat tertarik pada Mirza. Cerita full credit to Habiburrahman El-Shirazy “AapiTauhid”.
Pernahkah terpikir oleh kita sampai kepada detail sekecil yang dilakukan oleh Mirza untuk halal dan haram akan apa yang kita lakukan dan makan dalam kehidupan sehari-hari? Pertanyaan berikutnya, masih adakah Mirza-mirza lain di atas bumi ini? (sungguh keadaan membuatku menjadi sangat pesimis). Mirza menikah dengan anak gadis sang pemilik lading yang bernama Nuriye, dikemudian hari mereka memiliki anak bernama Said. Kelak Said menjadi ulama besar seantero penjuru Turki, bahkan dunia. Said mendapat julukan Budizzaman Said Nursi yaitu Keaajaiban zamannya.
Sungguh Allah azzawazalla meninggikan drajat orang yang menjaga makanan yang masuk ke dalam perutnya, menjaga kehalal-an untuk masuk menjadi darah dan dagingnya. Semoga Allah menjaga diri kita semua dari segala benda haram dan menunjukkan semua jalan halal yang berbuah berkah kepada kita semua. 
Amin ya Rabbalalamin.

No comments:

Post a Comment

most visited

I am a reader

Greenpeace news

me and my beloved friends

me and my beloved friends
trip to siantar