Satu hari, Yang Zi'an (anak Perdana Mentri) dan empat orang temannya makan siang di sebuah restoran di Kota Chang'an. Selesai makan dan hendak membayar makanan hari itu, kelima anak muda itu mengumpulkan uang mereka dalam satu bejana. Aneh, uang koin yang mereka masukan dalam bejana mengeluarkan suara yang berbeda. Dua dari mereka baru saja mengambil uang dari bank hari itu dan satu dari mereka baru saja berbelanja makanan kecil di pasar dalam perjalanan menuju restoran. Kelima sahabat itu membandingkan bunyi jatuh uang koin ke dalam bejana. Ada perbedan bunyi yang jelas antara uang yang baru diambil dari bank dengan uang yang didapat dari pedagang di pasar. Penasaran dengan uang yang diperoleh dari pasar, kelima sahabat yang penuh api penasaran tersebut mulai menelusuri sumber uang yang mereka peroleh. Mereka melakukan apa saja untuk mendapat uang yang serupa, mereka berbelanja, menukar uang, bahkan membeli kepingan uang yang mencurigakan tadi. Mereka menduga, itu adalah uang palsu.
Penyelidikan kelima anak muda yang sedang belajar di akademi kerajaan itu tidak berhenti di hari tersebut. Keesokan harinya, Yang Zi'an membolos sekolah untuk melakukan penyelidikan. Kali ini, Zi'an menyamar menjadi gelandangan yang sedang membutuhkan pekerjaan. Hari itu, usaha membolos Zi'an tidak sia-sia. Zi'an gelandangan (menyamar) yang sedang membutuhkan pekerjaan mendapatkan apa yang Ia cari, Zi'an dibawa oleh seorang agen untuk bekerja di pabrik pembuat koin uang.
Keesokan harinya, Zi'an dan teman-temannya melaporkan pabrik pembuatan koin palsu tersebut pada petugas istana dan pabrik itu berhenti beroperasi.
Namun, cerita ini tidak semudah itu. Bahkan Zi'an merasa terlalu mudah. Ia merasa ada orang penting dari kerajaan yang menjadi tokoh utama dalam penyebaran uang palsu di pasar.
Meski pabrik sudah ditutup, koin palsu tetap beredar di pasar. Zi'an yang penuh dengan api, bertekat untuk mengungkap masalah peredaran koin palsu sampai ke akarnya.
Tanpa Zi'an mengetahui bahwa permasalahan koin itu nantinya akan melibatkan orang terpenting dalam hidupnya.
Zi'an yang tinggal di asrama akademi, setiap akhir pekan akan menghabiskan waktu dengan ayahnya. Zi'an si bungsu di keluarga Yang menceritakan apa saja kepada ayahnya, mulai dari teman-temannya, belajarnya, dan apa-apa yang Ia kerjakan.
Hari itu, Zian menghabiskan akhir pekan di ruangan pribadi milik ayahnya. Ayah Zi'an adalah seorang pejabat negara yang sangat tertarik dengan lukisan dan kaligrafi. Akhir pekan itu Zi'an habiskan dengan mendengarkan berbagai penjelasan ayahnya tentang tinta dan kertas yang digunakan untuk melukis. Zi'an si anak patuh, mendengarkan dengan seksama. Perlu diketahui, Zi'an adalah penggemar ayahnya. Apapun yang berhubungan dengan ayahnya sangat menarik bagi Zi'an.
Ketika Zi'an menyamar masuk ke pabrik pembuatan koin, Ia menemukan kertas kerja pabrik tersebut. Di hari ayah Zi'an menjelaskan berbagai jenis tinta, Zi'an penasaran dengan tinta yang digunakan pada kertas kerja yang Ia temukan.
Beberapa hari setelah kunjungan Zi'an ke ruang kerja ayahnya, Zi'an menyelinap masuk lagi dalam ruangan tersebut. Zi'an ingin memastikan tinta apa yang digunakan si pembuat koin palsu. Zi'an mengeledah seluruh ruangan, dengan tujuan mencari tinta, namun yang Ia temukan adalah sebuah laci rahasia di antara susunan buku ayahnya. Betapa terkejutnya Zi'an ketika melihat isi kotak kecil di dalam laci tersebut, sebuah koin yang merupakan prototype untuk pembuatan uang palsu. Hari itu, Zi'an pulang ke asrama membawa koin yang Ia temukan dengan hati yang yang tak dapat diuangkapkan.
Setelah penemuan koin, Zi'an menghentikan penyelidikannya. Actually, Zi'an lebih seperti menghentikan waktunya, Ia berhenti pergi ke kelas, berhenti makan, berhenti bertemu dengan sahabat-sahabatnya, bahkan Zi'an berhenti menemui ayahnya. Untuk beberapa lama Zi'an menghabiskan waktu hanya di kamar asrama, berpikir.
Setelah beberapa hari, ayah Zi'an akhirnya menyadari koin miliknya hilang. Zi'an yang mulai tidak datang mengunjunginya, Ayah Zi'an menduga bahwa anak bungsunya telah menemukan benda rahasia itu. Ayah Zi'an menunggu, apa yang akan dilakukan anak kesayangannya itu. Namun, setelah berhari-hari tidak ada laporan apapun yang Zi'an lakukan. Tidak kunjungan ada tindakan dari anaknya, sang perdana mentri memerintahkan seseorang untuk menyusup dan menemukan koin yang mungkin disembunyikan di kamar asrama anaknya. Dan benar saja, koin itu ditemukan di tempat tidur Zi'an.
Setelah mengetahui koin uang palsu dalam kamarnya hilang, Zian memutuskan untuk ke istana menemui kaisar. Zi'an melaporkan ayahnya, sang perdana mentri, atas tuduhan korupsi, pembuatan uang palsu dan mengedarkannya.
Part paling aku suka
Ketika semua berkumpul, kaisar, para mentri, dan pejabat-pejabat kerajaan dalam hall persidangan, Zi'an diminta untuk menujukkan bukti atas tuduhannya. Di sana, hari itu, sebelum Yang Zi'an menunjukkan bukti, Zi'an yang sedari awal berlutut menghadap kaisar bergerak pindah ke hadapan ayahnya, sang perdana mentri. Di hadapan ayahnya, Zi'an bersujud sambil berkata, ”terima kasih ayah sudah merawat dan membesarkanku, Zi'an tidak akan pernah bisa membalas. Aku, Yang Zi'an bangga menjadi bagian dari keluarga Yang. Di kehidupan yang akan datang, aku tetap ingin menjadi anak ayah. Di kehidupan berikutnya, mari kita menjadi petani saja, hidup tanpa ambisi uang dan dunia”.
Setelah bersujud pada ayahnya, kemudian Zi'an menghadap pintu hall dan berkata, ”Yang Zi'an bersujud pada langit dan bumi, Zi'an meminta ampun apabila durhaka pada ayah. Namun, apabila yang Zi'an katakan hari ini adalah kebohongan maka, aku, Yang Zi'an, bersedia menerima semua karma”. Terakhir, Yang Zi'an bersujud pada kaisar meminta agar ayahnya tidak dihukum mati.
Setelah bersujud, Zi'an menyerahkan kertas yang merupakan kertas kerja pabrik pembuatan koin. Menerima kertas itu, kaisar bertanya, ”apa yang membuatmu menjadikan kertas ini sebagai bukti? Siapa saja bisa membuat catatan ini?” Mendengar pertanyaan sang kaisar, ayah Zi'an mulai bergetar di posisi nya. ”tidak ada yang istimewa dengan kertas dan catatan itu, yang istimewa adalah tinta yang dipakai untuk membuat catatan itu yang mulia” ucap Zi'an sambil bersujud. Mendengar jawaban Zi'an, sang perdana mentri langsung jatuh lemas di posisinya.
Hari itu, ayah Zi'an mengakui kejahatannya. Kaisar menghukum mantan perdana mentri ke perbatasan dan tidak boleh kembali ke Chang'an selamanya, gelar bangsawan dicabut, dan semua harta disita kerajaan.
Di hari keberangkan ayahnya ke perbatasan, ayah Zi'an bertanya, ”mengapa menunggu begitu lama untuk melapor pada kaisar?” Dengan wajah penuh air mata Zi'an menjawab, ”menunggu ayah melaporkan diri pada kaisar”. Sambil menepuk pundak Zi'an yang terus bergetar akibat tangisan, ayahnya berkata, ”ayah bangga padamu Zi'an. Maafkan ayahmu ini”. Ketika pengawal membawa ayahnya pergi, Zi'an terus bersujud ke arah ayahnya yang semakin jauh meninggalkan Chang'an.
Sejatinya, Zi'an sempat berpikir untuk mengabaikan kasus itu. Ia berharap agar ayahnya berhenti ketika ayahnya tau kalau anaknya mengetahui kejahatan yang Ia dilakukan. Namum, sebaliknya, ayahnya justru melakukan kejahatan lain dengan mengirim orang untuk menggeledah kamar asrama Zi'an.
Personal opinion:
Yang Zi'an melaporkan ayahnya hanya karena cintanya pada sang mantan perdana mentri. Bukan begitu?
No comments:
Post a Comment